Senin, 09 April 2012

Wirausaha..Wirausaha Ndasmu!


Warning: Dalam tulisan ini, saya tidak bermaksud mendiskreditkan pihak manapun. Adapun jika ada penyampaian yang tidak berkenan kepada pembaca saya meminta maaf yang sebesar-besarnya.



Krisis Lapangan Pekerjaan
Meskipun wisuda masih 5 hari lagi terhitung dari ditulisnya artikel ini, saya sudah mendeklarasikan diri sebagai fresh graduate. Setelah menempuh pendidikan “wajib” selama kurang lebih 17 tahun, apakah yang selanjutnya dilakukan oleh seorang fresh graduate seperti saya? Jawabannya tidak akan jauh dari mencari pekerjaan. Sekolah lagi adalah opsi lain dan belum jadi prioritas saya (setidaknya untuk dekat-dekat ini).

Dannnn..tidak terasa saya sudah berada pada masa ini, ternyata memang sulit sekali mencari pekerjaan! Hahaha. Terlebih jurusan saya masih kurang dikenali di Indonesia dan lulusannya masih sedikit. Di Indonesia ini berlaku lapangan pekerjaan banyak, lulusannya juga banyak, yang artinya pesaingnya juga banyak. Coba deh, universitas apa yang nggak ada jurusan akuntansinya? Bedakan sama jenis perguruan tinggi seperti institut ya. Nah sebaliknya, kalau lulusan sedikit lapangan pekerjaan juga ikut-ikutan sedikit, apalagi buat fresh graduate. Banyak perusahaan lebih memilih “main aman” dengan merekrut orang-orang yang sudah berpengalaman. Statement ini berdasarkan opini dan pengalaman saya saja, bukan dari hasil penelitian (lagian ngapain juga aye nelitiin beginian??). Jadi sama aja intinya jaman sekarang semua jurusan susah buat cari kerja!

Saya sudah men-subcribe JobsDB, Jobstreet, dan loker di kampus, tapi sampai saat ini saya tidak menemukan lowongan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan saya (Teknik Kelautan), sebaliknya lowongan buat sarjana ekonomi banyak!! Ya..mungkin ini bisa jadi cerminan kalo pembangunan Indonesia belum mencapai keseluruhan sektor. Saya maklumi..

Sebenarnya mengapa banyak pengangguran di negeri ini? Ya banyaklah, itu bisa anda cari dan kaji sendiri jawabannya. Adapun salah satu faktornya adalah permintaan tidak sebanding dengan suplai. Jumlah pelamar jauh lebih banyak daripada posisi yang kosong. Jika 1 posisi direbuti 1000 orang, lalu 999 yang gugur akan ke mana..?

Sumber: http://khmer440.com/k/wp-content/uploads/2005/05/no_vacancies_sign_143-R20-B.jpg

???

Hal inilah yang membuat saya lalu curhat dengan Google.. Saya ketikkan “susahnya fresh graduate mencari kerja” dan apapun yang mirip-mirip dengan itu.. Kemudian muncullah artikel-artikel dari blog seberang dengan topik yang relevan...tapi kok..berulang kali ada aja yang nyuruh “berwirausaha”??! Wong karepe gawe, mokso wirausaha. Gak solutif.. Wirausaha ndasmu?!

Oleh karena itu sebelum anda nyuruh saya berwirausaha juga, jawablah rumusan masalah berikut ini dengan versi anda. Ini versi saya...


Frequently Asked Question
Di suatu kampung yang asri dan damai, Upin dan Ipin yang polos sedang mencoba untuk banyak bertanya perihal kewirausahaan dan dunia kerja kepada penulis yang sedang beristirahat di gubuk sawah..

Upin:
Om, kenapa lulusan SD banyak yang jadi pengusaha, sedangkan yang sarjana malah jadi karyawan? Liat ini deh..

Penulis:
Simple. Karena lulusan SD gak bisa jadi karyawan, kalo bisa pun susah, jadi sering kali tidak ada jalan lain selain jadi pengusaha.. Kalo sarjana jelas lebih banyak pilihan

Ipin:
Om sarjana ya? Kalo susah cari kerja, kenapa gak wirausaha aja?

Penulis:
Ini tergantung idealisme masing-masing sih. Ada yang mikir, buat apa kuliah kalo ujung-ujungnya cuma usaha kecil-kecilan dagang retail..ya meskipun gak menutup kemungkinan tetep bisa sukses, tapi kalo usahanya gak berhubungan dengan latar belakang pendidikannya maka orang itu akan merasa sia-sia kuliahnya (udah capek-capek masuk universitas dan bayar mahal), sedangkan untuk buka usaha yang sesuai jurusannya diperlukan modal yang sangat besar (mungkin tidak semua jurusan) sehingga orang dengan idealisme seperti ini sering akan lebih memilih menjadi karyawan. Nah, saya cenderung termasuk ke dalam golongan ini.

Upin:
Toh ujung-ujungnya banyak sarjana yang kerjanya melenceng dari jurusannya tuh?

Penulis:
Jelas banyak, bisa jadi karena orang itu memang sebenarnya menyukai bidang yang dia geluti di pekerjaannya ketimbang jurusan kuliahnya (ini yang disebut salah jurusan), bisa juga karena lapangan pekerjaan buat sarjana itu juga nggak ada sehingga harus banting setir. Mau gimana lagi, ini fakta yang terjadi di Indonesia bahwa pembangunan belum merata ke segala bidang. Sekarang ini hidup serba susah, kalo nganggur terus bakal habis waktu kita. Ini sekalian mengkritik artikel Pendidikan yang Mubazir, 80% Lulusan ITB Bekerja di Luar Bidangnya.

Ipin:
Tapi kalo jadi wirausaha kan bagus jadi mengurangi pengangguran dan suatu perbuatan yang mulia?

Penulis:
Ya bener, baguslah kalo bisa jadi wirausaha.. Kalo niatnya ngurangi pengangguran, itu sangat mulia. Tapi gak semudah itu. Sebenernya saya bingung loh. Yang sering nyuruh mahasiswa jadi penyerap pekerja itu emang pengusaha apa malah pengangguran? Nggak semua mahasiswa mengerti dunia wirausaha. Wawasan kewirausahaan masih minim dalam sistem pendidikan kita. Mahasiswa dididik untuk jadi pekerja. Faktanya udah jelas kok, kalau sudah lulus pasti pada berbondong-bondong cari pekerjaan. Ketidakpastian menjadi wirausaha pun sangat tinggi. Untuk memulainya diperlukan modal besar untuk mendapatkan penghasilan besar. Kalo modal kecil, penghasilan juga kecil. Tau sendiri kantong mahasiswa seperti apa kan? Mana yang kamu pilih jika ini yang terjadi dalam 6 bulan pertama kamu, jadi karyawan dengan gaji 3 juta apa jadi wirausaha dengan penghasilan yang belum diketahui? Saya akan memilih opsi yang pertama, cari aman...

Upin dan Ipin:
Hmm...

Sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZRtOdzN9ojDi8DSDoZNQsuwpazEkygpby6Yg-aAzxNuV_Jjrlbam99wlaSzyz5nOrGrCE-Hk0HyueMIrlpdd-KizgLnLSaR8zqAhVX-7nkA7WTiFmh2n0ExNttlJWyam6jLmEefQuuEZz/s320/upin-ipin.jpg

Penulis:
...Sekarang hidup serba susah banyak orang kejar setoran utang demi mendapatkan kehidupan yang layak. Tempat tinggal aja nggak jelas di mana boro-boro mikirin orang lain biar gak nganggur.. Buka-bukaan aja deh, sering juga kok saya liat pengusaha yang tidak memperhatikan kesejahteraan karyawannya. Gaji di bawah UMR, tapi jam kerja dari pagi sampai malam. Truk ato mobil box dibuat over capacity dengan jumlah komoditas barang sebanyak mungkin sehingga dapat mengurangi keseimbangan kendaraan dan tentunya membahayakan pengemudinya. Kalau udah gini, ini namanya pelit, bukan hemat, dan dzolim, bukan mulia. Jadi kemuliaan profesi itu bukan diliat dari jenis profesinya (selama jenis profesi itu halal), tapi bagaimana implementasinya.

Ipin:
Jadi kesimpulannya om?

Penulis:
Baik anda mau jadi wirausaha atau karyawan, semua itu baik, karena kita saling membutuhkan. Mari tingkatkan kemampuan diri agar diri kita kompetitif. Bagi karyawan ato calon karyawan, bukan menyalah-nyalahi pemerintah gara-gara nganggur, gara-gara gaji kecil, tapi kerjanya masih mencla-mencle.. Jangan harap atasan menghargai kita kalo kita gak menghargai diri kita sendiri. Bagi pengusaha, jalanilah usaha anda secara jujur dan memperhatikan kesejahteraan karyawannya secara ekonomi, kesehatan, dan keselamatan. Semoga ini juga bisa jadi motivasi buat saya..

Upin dan Ipin:
Oke, terima kasih om atas waktunya!!

Penulis:
Sama-sama..

1 komentar:

  1. Saya merasa yang salah jurusan hehehe (curhat)
    Menurut saya, orang yang emang berwirausaha itu harus punya bakat alam, kalo punya bakat alam, modal sekecil apapun pasti akan selalu untung dalam berwirausaha. Beda seperti saya yang gapunya bakat usaha, modal gede ujung2nya malah abis ga karuan kalo mau mulai belajar usaha. Temen saya yg amatiran malah sukses dengan modal kecil. Jadi intinyaklo udh ngerasa ga bakat di suatu pekerjaan ya jangan diterusin daripada maksain.

    BalasHapus